Sungai brantas
mengalir melewati beberapa daerah yaitu Malang, Blitar, Tulungagung, Trenggalek, Kediri,
Nganjuk, Jombang, Mojokerto, Sidoarjo, kota Malang, kota Blitar, kota Kediri,
kota Mojokerto dan kota Surabaya. Sepanjang aliran brantas
selalu muncul isu terkait penurunan kualitas air, pencemaran limbah dan sampah
yang tak kunjung teratasi. Adapun isu terbaru yang mulai mencuat sejak 15 tahun
terakhir, yaitu fluktuasi air permukaan yang tinggi. Ketika musim hujan kondisi
air sungai sangat berlebih bahkan seringkali terjadi banjir, sedangkan ketika
musim kemarau kondisi air berkurang secara drastis. Di beberapa daerah bahkan
air samasekali tidak mengalir sehingga seringkali terjadi gagal panen.
“Hulu” merupakan awal dari aliran sungai yang
nantinya akan mengalir hingga ke hilir. Karena merupakan awal, maka tidak
berlebihan jika dikatakan kualitas air sepanjang aliran sungai ditentukan sejak
dari hulu, tentu sepanjang daerah yang dilewat banyak faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas air nantinya, namun setidaknya menjaga hulu adalah menjaga sumber
dimana awal dari sebuah aliran sungai terjadi.
Kota
Batu yang sebagai kota wisata merupakan bagian penting yang menjadi daerah
tangkapan air sekaligus hulu dari sungai brantas. Namun terdapat beberapa masalah
ekologi yang timbul di hulu Sungai Brantas ini. Menurut Walhi Jawa Timur terjadinya kerusakan
lingkungan di hulu menyebabkan debit Sungai Brantas anjlok. Terdapat,
alih fungsi kawasan hutan lindung di Kaki Gunung Arjuna, berubah jadi areal
pertanian sayur-mayur, industri dan bangunan. Meskipun pemerintah kota batu
telah banyak melakukan penyuluhan mengenai pertanian organik, namun limbah dari
pestisida masih menjadi penyumbang pencemaran di hulu Sungai Brantas. Berkurangnya
tutupan lahan di Kota Batu juga menyebabkan tingginya nilai erosi dan
sedimentasi. menurut Kepala Bappeda Kota Batu, Rudianto, pada tahun 2007
Dikemukakan bahwa DAS Kali Brantas dalam kondisi kritis yaitu mengalami erosi
dan sedimentasi sangat tinggi, dimana erosi permukaan mencapai 5000 km3 /km2
/tahun dan sedimentasi 30.000 km3 /km2 /tahun. Memasuki daerah
perkotaan permasalahan ini bertambah dengan bertambahnya sampah plastik dan
sampah organik yang seringkali dibuang secara sembarangan di sungai.
Untuk merawat
sungai dengan baik, ada baiknya kita mulai dari hulu yang merupakan awal dari
aliran sungai. Tugas ini tidak hanya menjadi tanggung jawab mereka yang tinggal
dan berkehidupan di bagian hulu, namun seluruh masyarakat yang kehidupannya
berdampak pada suatu DAS Brantas, baik di bagian tengah hingga bagian hilir,
karena sungai merupakan unsur alam yang berkesinambungan. Bagian hulu sebagai
penentu awal kualitas lingkungan diharapkan mampu menyediakan sumberdaya air
yang berkualitas dan manfaat lingkungan yang baik. Sedangkan bagian tengah dan
hilir yang merupakan tempat dimana industri dan perputaran ekonomi terjadi diharapkan
mampu memberikan manfaat ekonomi yang baik untuk hulu. Kerusakan yang kini
terjadi merupakan tugas masing-masing. Pemerintah,
industri dan masyarakat harus secara “terpadu” mengelola Aliran Sungai Brantas
agar dapat mencapai kelestarian ekologi tanpa mengesampingkan manfaat ekonomi. Upaya
dalam menghargai air yang mengalir sejak dari hulu merupakan awal dari upaya untuk
menghargai kehidupan sepanjang aliran selanjutnya.
#HariAirDuniaXXIX2021
#MengelolaAirUntukNegeri
#SigapMembangunNegeri